Perang dagang AS-China, terbunuhnya Jendal Iran, Isu Brexit hingga virus corona atau COVID-19 menjadi 'black swan' alias angsa hitam terhadap ekonomi khususnya pasar keuangan global.
Begitulan kalimat pembuka dari Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Junanto Herdiawan yang mengutip tulisan dari Nassim Nicholas Taleb penulis The Black Swan.
Black Swan ini seperti dilansir dari The New York Times, adalah peristiwa tak terduga yang melampaui apa yang biasanya diharapkan dari suatu situasi dan berpotensi konsekuensi parah.
Peristiwa angsa hitam dicirikan oleh kelangkaan yang ekstrem, dampaknya yang parah di sektor ekonomi.
Foto: Junanto Herdiawan (Ist)
|
Berbincang dengan Erwin Hutapea dalam Podcast BI Talk bertema Nasib Rupiah di Tengah Munculnya "Black Swan", dijelaskan lebih lanjut bagaimana black swan ini mempengaruhi nilai tukar rupiah.
Dikutip CNBC Indonesia, Kamis (16/4/2020), Erwin mengungkapkan, kondisi pasar keuangan saat ini penuh dengan ketidakpastian.
"Terkait black swan, memang sebagaimana kehidupan, pasar keuangan global selalu diwarnai ketidakpastian. Kalau ada suatu quote, yang pasti saat ini adalah ketidakpastian tersebut," tuturnya.
Ketidakpastian muncul awalnya dari AS vs China. Kemudian Jenderal Iran meninggal. "Di Asia juga di Hong Kong demonstrasi besar terjadi. Nah ujungnya ini black swan muncul lagi saat ini outbreak dari corona virus," paparnya.
Foto: Dok Ist
|
Erwin menjelaskan kembali, kejadian di sebuah tempat bisa menular ke tempat lain. Jalur perdagangan misalnya. Jika di sebuah tempat terjadi ketidakberesan maka bisa mengganggu perdagangan ini hubungannya dengan ekspor-impor.
"Walaupun perdagangan ini lebih lambat. Tapi ada yang lebih cepat yakni penularan lewat jalur pasar keuangan. Dunia makin tidak ada batas, investasi sumber bisa dari mana saja dan ditempatkan di mana-mana.
"Jika ada event apalagi event yang tidak diperkirakan muncul maka respons pelaku pasar adalah kekhawatiran. Jika ini muncul maka ada penyesuaian investasi mereka," tuturnya.
Investor maupun pasar keuangan akan mencari sebuah safe haven untuk mengamankan portfolionya.
"Safe haven saat ini jika bicara negara yakni AS, Jepang, Eropa. Nah kalau terkait jenis aset, emas lah saat ini safe havennya," kata Erwin.
Dalam percakapannya, Junanto menambahkan, dalam ketidakpastian maka portfolio keluar dan kembali ke dolar AS. "Biasanya dalam ketidakpastian dari negara-negara portfolio keluar dan masuk ke dolar. Dolar menguat dan menyebabkan mata uang negara lain menurun," paparnya.
Bagaimana dengan Indonesia?
"Rupiah masih stabil. Kok bisa?" tanya Junanto ke Erwin.
Erwin menjelaskan, pusat pertumbuhan ekonomi yang tadinya di negara maju, sejak krisis kini bergeser ke emerging markets dan China sendiri. Salah satu emerging ini adalah Indonesia.
"Emerging dan China ini masih tumbuh PDB di atas 5%. Terkait investasi maka banyak yang bergeser ke negara emerging ini," tuturnya.
Rupiah, sambung Erwin, saat ini stabil karena prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup bagus. Kebijakan yang diambil pemerintah dan otoritas terkait, kata Erwin masih dilihat cukup baik dan pruden.
"Kepercayaan berarti ada. Di sini. Ini menarik sekali kenapa rupiah bisa menguat," tegas Junanto menegaskan pernyataan Erwin.
Selain itu, afirmasi rating dari lembaga pemeringkat internasional juga membuat kepercayaan tersendiri bagi investor. Hasil rating atau penilaian seperti Fitch, Moody's itu mengkonfirmasi jika Indonesia itu adalah pilihan bagi investor.
"Jika investor asing saja yakin perekonomian Indonesia maka kita juga seharusnya lebih," tegas Junanto.
Lalu apa peranan BI? "BI ini merupakan traffic controller. Peran kita adalah lalu lintas ini terukur. Jangan ugal-ugalan, ngebut-ngebutan. Peran kita memberikan keyakinan ke pelaku pasar bahwa BI komit di pasar jaga stabilitas," tegas Erwin.
"Kita berusaha jaga mekanisme pasar, ada jual ada beli dengan harga wajar. Jika pasar tidak memenuhi kebutuhan mereka maka BI masuk. Jika dolar tak bisa dipenuhi maka kita intervensi menggelontorkan dolar AS."
Apa perlu menahan investasi jika keadaan masih tidak jelas seperti ini?
Pemerintah punya obligasi ritel. Nah Erwin mengatakan, untuk pembangunan maka anak-anak muda pun bisa ikut berinvestasi di SBN atau Surat Berharga Negara tersebut.
"Di tengah black swan ini, ekonomi Indonesia masih akan bertahan dengan baik," tutup Junanto dalam Podcastnya.
(dru)
"tengah" - Google Berita
April 17, 2020 at 06:45AM
https://ift.tt/2yinkUy
Nasib Rupiah di Tengah Munculnya Hantu 'Black Swan', Seram? - CNBC Indonesia
"tengah" - Google Berita
https://ift.tt/2STVLJo
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
No comments:
Post a Comment