JAKARTA, investor.id - Ketakutan akan virus korona membuat ketidakpastian global makin meningkat. Terlebih, wabah ini terus melangkah lebih jauh dengan menyebar ke luar wilayah Tiongkok.
Italia setidaknya telah melaporkan enam kematian yang terjadi akibat korona. Tidak hanya di Italia, namun Iran, Afghanistan, Bahrain, dan Kuwait, semuanya melaporkan kasus pertamanya terkait dengan wabah virus korona.
Kematian akibat virus korona juga terjadi di Iran, setidaknya 12 orang terkena infeksi dari virus ini. Sedangkan di Korea Selatan, kasus yang terinfeksi sudah lebih dari 600 orang dengan enam di antaranya mengalami kematian.
World Health Organization (WHO) mengatakan, kasus-kasus baru yang terjadi membuat situasi dan kondisi menjadi memprihatinkan. Hingga saat ini, obat percobaan yang dilakukan oleh Gilead Sciences Inc mungkin akan menjadi harapan untuk menanggulangi wabah ini. Sejauh ini, korban meninggal di seluruh dunia sudah sebanyak 2.624 orang, dengan total kasus sebanyak 79.440.
Dampak dari virus Korona dirasakan Pasar Eropa yang mengalami penurunan terbesar sejak Juni 2016, S&P 500 juga mengalami penurunan terdalam sejak February 2018, dan imbal hasil US Treasury 10 year juga turun ke level terendah sejak 2016.
“Hal inilah yang membuat dunia khawatir bahwa wabah virus korona belum berakhir, dan justru malah semakin kuat yang membuat pertumbuhan ekonomi global mengalami pelemahan yang berpotensi melambatkan aktivitas ekonomi,” jelas Pilarmas Investindo Sekuritas dalam risetnya pada Selasa (25/2).
Presiden Tiongkok Xi Jinping menyatakan, ada bahaya wabah virus Korona di dekat Ibu Kota pemerintahan Tiongkok. Oleh karenanya, pemerintah Tiongkok terus berupaya untuk menanggulangi epidemik ini. Pasalnya, keamanan dan stabilitas Ibu Kota memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keseluruhan pekerjaan partai dan negara.
Menurut Xi Jinping, wabah virus Korona menggambarkan bahwa ini merupakan sisi kehidupan yang paling sulit sejak Partai Komunis berkuasa selama 70 tahun yang lalu. Dirinya terus berusaha mendesak para pejabat untuk bekerja semampu mereka untuk mencegah dan mengendalikan epidemi.
Beralih ke dalam negeri, kebijakan pelarangan penyeberangan bagi kendaraan atau truk dengan kelebihan muatan dan over dimensi (Odol) yang rencananya akan diberlakukan mulai 1 Mei 2020 menjadi pokok pembicaraan bagi pelaku bisnis.
“Kami melihat hal tersebut akan berdampak pada biaya operasional yang dinilai akan meningkat, sehingga berdampak pula pada harga produk, di tangan konsumen. Saat ini banyak pelaku usaha yang menyiasatinya dengan mengoptimalkan muatan hingga overload. Dari sisi keamanan dan keselamatan sebenarnya cukup rentan,” kata Pilarmas Sekuritas.
Menurut Pilarmas Sekuritas, selama ini infrastruktur yang dibangun belum memberikan dampak besar terhadap penurunan biaya logistik. Hal itu membuat harga produk yang sebelumnya dikirim menggunakan kendaraan yang mengaplikasikan Odol, menjadi lebih mahal ketika ketentuan pelarangan Odol diberlakukan.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) mencermati dampak pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berdampak dengan penyebaran virus Korona. BI memprediksi pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2020 hanya bertengger di level 4,9% atau lebih rendah dari periode sama tahun lalu yaitu 5,07%.
“Epidemi tersebut tentunya akan menggangu perekonomian dalam negeri karena akan menghambat dari sisi volume perdagangan, dan harga komoditas dunia, serta pergerakan aliran modal ke dalam negeri,” pungkas Pilarmas Sekuritas.
Sumber : Investor Daily
"tengah" - Google Berita
February 25, 2020 at 11:43AM
https://ift.tt/2w2gzoG
Ketidakpastian Global Meningkat di Tengah Sebaran Korona Hingga Keluar Tiongkok - Investor Daily
"tengah" - Google Berita
https://ift.tt/2STVLJo
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
No comments:
Post a Comment